Masihkah Saya Disebut Wartawan?

Wartawan Itu Panggilan Jiwa
Pada 9 Februari 2024 ini, Persatuan Wartawan Indonesia atau PWI telah merayakan hari ulang tahunnya yang ke-78. Perayaan tersebut juga berbarengan dengan Hari Pers Nasional (HPN) 2024.

PWI adalah organisasi profesi wartawan di Indonesia. Organisasi ini menjadi wadah bagi para wartawan untuk berkumpul, berbagi informasi, dan berkoordinasi dalam menjalankan tugas-tugas mereka.

Wartawan Itu Panggilan Jiwa

Menjadi Jurnalis atau wartawan adalah tantangan tersendiri bagi sebagian orang. Profesi mulia ini sekaligus panggilan jiwa. Hanya orang-orang tertentu saja yang memenuhi kriteria untuk terjun ke dunia ini.

H. Rosihan (almarhum), ketika menjadi Ketua Dewan Pertimbangan PWI Pusat termasuk salah seorang pemberi pelajaran. Menurut dia, wartawan itu memiliki dua keharusan, dilahirkan dan dijadikan. Ia harus memiliki bakat yang tidak selalu bisa dipunyai semua orang. Ada semacam seni yang bisa jadi dibawa dari ajali ya itu bakat yang tidak dimiliki orang lain. Sejak mencari dan mengumpulkan informasi kemudian menuliskannya dalam serangkaian berita yang tersusun rapi enak dibaca dan perlu.

Apa yang dikatakan almarhum Rosihan Anwar ketika masih hidup itu, benar. Jika dipikir-pikir, perjalanan kewartawanan saya cukup berhasil. Coba ikuti:

Pertama, saya menjadi Redaktur Pelaksana Majalah TOPIK (Group Harian Merdeka pimpinan Burhanudin Mohamad (B.M) Diah. Mulai 1 Juni 1985-1 April 1988.

Kedua, bergabung dengan Kelompok Harian Kompas (Persda), Biro Jakarta. Ikut berpartisipasi pada penerbitan pertama, Harian Serambi Indonesia di Aceh, 15 Maret 1989-17 Juni 1990.

Ketiga, bergabung dengan Harian Pelita Manajen Baru, pimpinan H. Azkarmin Zaini (Kompas). Di sana bergabung juga Zaili Asril (Sripo), Sudirman Tebba (Kompas) dan Purnama Kusumaningrat (Kompas).

Keempat, bergabung dengan Harian Sriwijaya Post di Palembang s/d 15 September 1991.

Kelima, Redaktur Luar Negeri Harian Merdeka B.M.Diah, 1 Oktober 1992-1 Maret 1993. Waktu ini saya menyelesaikan buku: Butir-Butir Padi B.M. Diah (Tokoh Sejarah yang Menghayati Zaman), Pustaka Merdeka, 1992.

Berbagai pengalaman ini dan telah memperoleh Sertifikat dari PWI Jaya sebagai anggota biasa,  apakah saya mendaftar lagi menjadi anggota muda? TIDAK.

https://www.youtube.com/live/QSWNc84VUfE?si=O5xh8rTg6FbfBgcK

*Selain di awal buku menurut abjad, di halaman 103, tercantum nama saya:* 

Nama Lengkap: Dasman Djamaluddin
Tempat/Tgl. Lahir: Jambi/ 22 September 1955
Kontak/Email: +62 815-8491-2832
Pendidikan Terakhir: S2 Ilmu Sejarah FIB Universitas Indonesia (2007)
Aktivitas: Jurnalis, editor, sejarawan, penulis biografi
 70 Tahun Achmad Tirtosudiro “ (1992).
 Butir-Butir Padi B.M. Diah, Tokoh Sejarah yang Menghayati 
Zaman (1992).
 Gunawan Satari, Pejuang, Pendidik dan Ilmuwan (1994)
 Jenderal TNI Anunerta Basoeki Rachmat dan Supersemar (1998)
 Golkar sebagai Partai Alternatif (2003).
 Catatan Rais Abin, Pasukan Perdamaian PBB di Timur Tengah, 
1976-1979 (2012).
 Catatan B.M Diah, Peran “Pivotal” Pemuda Seputar Lahirnya 
Proklanasi 17-8-’45 (2018)
 Saddam Hussein Menghalau Tantangan (1998)

Postingan populer dari blog ini

Sepenggal Perjalanan Hidup

Hari Ini 23 Juli 2024, 79 Tahun Ibu Sasmiyarsi Sasmoyo (Ibu Mimis Aristides Katoppo)

SENGKETA PWI, APA TIDAK MUNGKIN DISELESAIKAN KARENA ADA DUGAAN UNSUR "KORUPSI" ?