Ketika Rosihan Anwar Mengomentari Pramoedya Ananta Toer

Ketika Rosihan Anwar Mengomentari Pramomoedya Ananta Toer
*Konten ini telah tayang di Kompasiana.com dengan judul: _"Ketika Rosihan Anwar Mengomentari Pramudya Ananta Toer."* 

 *Kreator: Dasman Djamaluddin* 

Almarhum Rosihan Anwar, seperti kita kenal, semasa hidupnya adalah wartawan senior Indonesia yang terkenal di masanya. Ia, B.M.Diah dan Mochtar Lubis, tiga orang wartawan kawakan ini selalu menjadi buah bibir, di samping, mereka juga memiliki surat kabar masing-masing. Rosihan Anwar dengan harian "Pedoman." Burhanudin Mohamad (B.M) Diah dengan grup "Merdeka," dan Mochtar Lubis dengan "Indonesia Raya."

Rosihan Anwar adalah putera Minangkabau. Lahir di Kubang Nan Dua, Kabupaten Solok, 10 Mei 1922. Meninggal di Jakarta, 14 April 2011 di usia 88 tahun. Sebagai seorang wartawan, ia banyak menulis buku. Kegemarannya yang tidak dimiliki wartawan lain, adalah mencatat semua kejadian atau peristiwa yang terjadi semendetail mungkin, mulai dari waktu peristiwa itu terjadi, sehingga tulisannya sangat lengkap. 

Sebuah buku yang berisi kumpulan tulisannya pada tahun 2009 telah diterbitkan oleh penerbit buku "Kompas," "Sejarah Kecil Petite Histoire Indonesia," Jilid 1, 2 dan 3.  Saya hari ini membaca buku jilid 3, terdiri dari 318 halaman.

Oleh karena di Blora, Jawa Tengah waktu itu  akan dilangsungkan sebuah acara mengenang Pramoedya Ananta Toer, 12-15 September 2018, saya tertarik membaca  buku Rosihan Anwar itu tentang Pramoedya Ananta Toer yang diberi sub judul: "Pramoedya Ananta Toer, Sobron Aidit, Dharta, Tokoh Kiri," dari halaman 175-185. Tulisan Rosihan Anwar itu diambil dari majalah "Horizon," Juni 2006 dan "Cek & Ricek," Februari 2007.

Pramoedya Ananta Toer yang diuraikan Rosihan Anwar ini, adalah sastrawan terkenal Indonesia. Pram lahir di Jetis, Blora, Jawa Tengah, pada 6 Februari,1925 dan meninggal dunia pada 30 April 2006 di Jakarta, di usia 81 tahun. 
Pram mulai menulis sejak duduk di Sekolah Rakyat (sekarang Sekolah Dasar). Ayahnya, Toer adalah seorang guru dan aktivis Partai Nasional Indonesia (PNI). Hingga kini karya Pram sudah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa.

Di halaman 175, Rosihan Anwar menjelaskan, bahwa ketika Djamal, Pemimpin Redaksi Majalah "Horizon," meminta dirinya menulis tentang Pram, ia menolak. Tetapi karena berkali-kali dibujuk, akhirnya Rosihan Anwar berkenan juga menulis tentang Pram.

Ada beberapa kali mereka bertatap muka. Menurut Rosihan, "Pram tidak menyapa, saya pun tidak." (hal.175). Rosihan membedakan dirinya dengan Pram. Pram menurut Rosihan, waktu itu ia anggota Lekra, organisasi "onderbouw" PKI (Partai Komunis Indonesia), redaktur rubrik kebudayaan surat kabar "Bintang Timur." Sementara Rosihan Anwar, pemimpin redaksi harian "Pedoman," yang mendukung Perdana Menteri Sutan Sjahrir, yang tidak disukai Pram.

Rosihan Anwar juga bercerita tentang Pram sekembalinya dari tahanannya di Pulau Buru. Pram ditahan di Pulau Buru selama 10 tahun, mulai 1969-1979. Pram ditangkap di masa pemerintahan Presiden Soeharto, karena dianggap mendukung G30S/PKI.  Di dalam penjara, Pram berhasil menyelesaikan bukunya : "Nyanyian Sunyi."

Banyak yang diungkapkan Rosihan Anwar tentang Pram, meskipun awalnya menolak untuk menulis. Semakin jelas karya-karya Pram telah diseminarkan di Blora, pada 12-15 September 2018.

                  
                  

Postingan populer dari blog ini

Sepenggal Perjalanan Hidup

Hari Ini 23 Juli 2024, 79 Tahun Ibu Sasmiyarsi Sasmoyo (Ibu Mimis Aristides Katoppo)

SENGKETA PWI, APA TIDAK MUNGKIN DISELESAIKAN KARENA ADA DUGAAN UNSUR "KORUPSI" ?