Mbak Linda, Nasir Tamara dan Kunjungan ke Irak Dua Kali

Mbak Linda, Nasir Tamara dan Kunjungan Saya ke Irak Dua Kali

Mbak Linda di Group Wartawan Penyair memposting sebuah foto, ia bersama Nasir Tamara dan istri. "Rasanya terakhir bertemu Mas Nasir Tamara dan istrinya Mbak Ita sudah lbh dr 10 thn silam. Semalam kami dlm satu lift yg sama utk ke acara pernikahan. Saat antri salaman barulah kami masing2 sadar bhw kami saling kenal. Lalu mas Nasir mengingatkan, "Kita kan jg dlm grup yg sama di WPI". Ya ampuuun...sebegitu lupanya saya, " ujar mbak Linda.

Saya mengomentari: "Nasir Tamara, mengingatkan saya tentang bukunya: _Perang Iran-Perang Irak,_ (laporan dua wartawan Sinar Harapan yang melihat dari dekat peristiwa itu. Penerbit Sinar Harapan, tebal 249 halaman. Buku ini selalu saya bawa ketika ke Irak dua kali, Desember 1992 dan September 2014.
TANGGAL 10 DESEMBER 1992, MERUPAKAN HARI KENANGAN BUAT SAYA. MENGENANG PERJALANAN PERTAMA SAYA KE IRAK. BUKAN BERSENANG-SENANG, TETAPI MENYAKSIKAN PENDERITAAN RAKYAT IRAK.

Irak awalnya  sangat makmur, karena hidup dari bumi yang kaya sumber minyak. Tetapi setelah serangan pasukan Amerika Serikat (AS)  dimasa George Walker Bush, anaknya George Herbert Walker Bush yang baru-baru ini meninggal dunia, tepatnya serangan AS dan invasi AS itu terjadi 20 Maret 2003, penderitaan rakyat Irak "bertambah" menderita.

Kenapa "bertambah" ?. Karena sebelumnya saya menyaksikan sendiri penderitaan rakyat Irak itu dengan pergi ke Baghdad pada 10 Desember 1992 dan kembali lagi ke Irak pada bulan September 2014. Oleh karena itu,  dua kali saya ke Irak melihat  dari dekat kehancuran Irak.

Kedua kunjungan itu juga berada di situasi yang berbeda di Irak dan AS. Pertama,  tahun 1992, Irak masih dipimpin Presiden Irak Saddam Hussein. Sementara di AS yang menjadi Presiden AS adalah George Herbert Walker Bush. Ia baru saja meninggal pekan ini. Kunjungan kedua saya ke Irak tahun 2014, itu di Presiden Irak Saddam Hussein sudah tidak ada. Ia digantung pada hari Sabtu, 30 Desember 2006. Sedangkan di AS yang memerintah adalah anaknya George Herbert Walker Bush, yaitu George Walker Bush.
Di masa kedua Presiden AS inilah, rakyat Irak semakin menderita. Apalagi setelah Irak dihancurkan muncul lagi gerilyawan Negara Islam di Irak. Awal mulanya lahir di Irak kemudian meluas ke Suriah, sehingga namanya berubah menjadi Negara Islam tidak hanya di Irak, tetapi juga di Suriah (ISIS).

Di Irak, pada 10 Desember 2017 dinyatakan bahwa ISIS sudah dilenyapkan. Di Irak sudah tidak ada lagi ISIS. Sementara di Suriah, ISIS terdesak akibat perang antara pasukan Suriah didukung Iran dan Rusia dengan AS dan Arab Saudi. Boleh dikatakan di Irak dan Suriah, rakyatnya menderita akibat perang. Foto di atas menunjukkan, meski Irak sudah menyatakan ISIS tidak ada lagi tetapi jutaan rakyatnya sekarang masih menderita setahun ISIS dihancurkan.

Tanggal 10 Desember secara pribadi, adalah tanggal keberangkatan saya ke Irak pertama kali, tepatnya 10 Desember 1992. Waktu itu saya ke Irak tidak bisa langsung dari Jakarta-Baghdad. Tetapi saya harus ke Jordania dulu, karena Irak mendapat sanksi PBB, wilayah udara Irak ditutup. Ini merupakan perjalanan panjang melalui darat dari Jordania-Irak. Jalan darat yang ditempuh lebih kurang 885 kilometer yang ditempuh sekitar 13 jam dari Jordania ke Irak. Sangat melelahkan. Memang istirahat di tempat-tempat tertentu, tetapi tidak lama.

Mata tidak bisa diajak kompromi, kadang-kadang tertidur. Hari telah gelap, sementara cuaca cukup dingin menyusup ke tulang sumsum. Sopir taksi, mungkin sudah terbiasa mengemudikan di tengah padang pasir, tidak kelihatan merasa lelah. Hanya saya, yang terlihat lelah. Maklumlah baru pertama kali mengarungi padang pasir yang luas dan sepi. Kalau pun ada kendaraan lain, jarak antara satu dengan yang lain tidak terlihat. Hanya debu-debu yang berterbangan, menyisir jalan setapak di padang pasir.

Tak terpikir apa yang harus dilakukan jika kendaraan kami mogok di tengah jalan. Alhamdulillah, kendaraan itu sampai di jalan bebas hambatan di kota Baghdad. Hari sudah larut malam, dan saya minta diantarkan ke sebuah hotel berbintang lima, Meredien Hotel,di kota Baghdad.

Tidak lama kemudian, saya sudah berada di hotel yang ditunjuk. Memang nama hotel ini sudah diberitahu Dubes Irak di Jordania, ketika saya di sana. Hotel tersebut terletak di tengah-tengah kota Baghdad.

Sebagaimana hotel-hotel berbintang lima, sudah tentu pelayanan kepada tamu sangat istimewa. Tidak terkecuali saya, karena termasuk tamu dari Kementerian Penerangan Irak.

Kehati-hatian, apalagi suasana di Irak masih dalam keadaan siaga, karena negara itu pada 17 Januari 1991 baru saja diserang dari udara oleh Amerika Serikat dan sekutunya, lebih saya utamakan. Para intelijen boleh jadi ada di sekitar saya, untuk memastikan siapa saya sebenarnya. Boleh jadi sang intelijen menyamar sebagai pelayan, tukang listrik atau sebagai sopir taksi. Yang jelas, saya harus bisa menjaga diri.

Besok paginya, mobil Kedubes Indonesia menghampiri saya di hotel dan membawa saya mengitari kota Baghdad. Rasa kagum saya muncul ketika melihat bangunan-bangunan tertata dengan baik. Di setiap kantor pemerintahan dan kantor-kantor swasta terpampang gambar Presiden Irak Saddam Husein berukuran besar. Jika di Kementerian Pos dan Telekomunikasi Irak, terlihat gambar Saddam lagi menelepon. Di Kementerian Pertanian, gambar Saddam sedang bersama petani Irak.

Sejak saya masuk ke Jordania, gambar-gambar Raja Hussein terlihat juga di beberbagai sudut kota. Ini menggambarkan, pemerinahan di negara Arab selalu dielu-elukan dan dihormati rakyatnya. Dulu dikenal semboyan rakyat Irak yang berbunyi ” kami siap melindungi Yang Mulia dengan darah, ya Saddam.” Semboyan itu selalu diucapkan ketika Irak diserang Amerika Serikat dan sekutunya. Juga yel-yel itu diucapkan jika Presiden Saddam Hussein berkunjung ke sebuah tempat.

Di saat ini penderitaan rakyat Irak sungguh memprihatinkan. Rakyat Irak dihadapi dengan embargo ekonomi dan zona larangan terbang. Hanya Jordania yang sering membantu tetangganya ini, karena memang hanya Jordania satu-satunya negara Arab yang membuka perbatasannya dengan Irak. Negara Arab lainnya menutup perbatasannya. Irak dikucilkan.

Penderitaan rakyat Irak ini tidak terlihat jika mengalihkan pandangan menyaksikan kota Baghdad. Juga tidak terlihat jalan-jalan yang hancur karena diserang pasukan Amerika Serikat dan sekutunya dari udara pada 17 Januari 1991. Seandainya saja Irak bukan negara kaya minyak, saya yakin puing-puing pemboman masih terlihat di mana-mana.

Bayangkan pada waktu itu pesawat pembom Amerika Serikat dan sekutunya yang dinamakan pasukan multinasional itu melakukan serangan udara sekitar 19 jam dengan 750 kali serangan ke kota Baghdad.

Tetapi karena Irak memiliki dana dari hasil minyak, saya menyaksikan Irak daru dekat, tidak satupun jalan dan bangunan di sana ada yang rusak. Roda perekonomian, meski ada embargo tetap berjalan sebagaimana mestinya, sebagai mana aliran sungai-sungai yang membelah kota Baghdad.

Di tengah-tengah kota Irak mengalir sungai Tigris yang panjangnya sekitar 1.718 kilometer dan sungai Euphrate yang panjangnya 2.300 kilometer. Di dalam bahasa Arab, sungai Tigris disebut sungai Dejelahyang mengalir di tengah kota Baghdad, terbentang dari hulu hingga hilir dan bermuara di Shatt al-Arab di Teluk Persia.

Sedangkan sungai Euphrate yang disebut dalam bahasa Arab sebagai sungai Furat, yang juga bermuara di Shatt al-Arab. Pada waktu saya berkunjung ke sana, ada pula sebuah sungai, bernama sungai Saddam. Bertepatan ketika saya berkunjung di bulan Desember 1992 itu, sungai ketiga di Baghdad tersebut resmi dimanfaatkan. Sungai ini membentang sejauh 565 kilometer, dengan lebar 100 meter pada permukaan dan 50 meter pada dasar. Dalamnya mencapai 40 meter.

Sungai Saddam ini menjadi kebanggaan waktu itu. Sungai yang dibangun di awal-awal berlangsungnya embargo ekonomi, diselesaikan dalam waktu 180 hari. Dengan dimanfaatkannya sungai ketiga ini, maka sekitar enam juta donum atau 250.000 hektar tanah pertanian dapat digarap dan diairi.

Di Irak terdapat empat musim, musim dingin, semi, panas dan musim kemarau.Tetapi yang pokok adalah dua musim, musim dingin dan panas. Pada musim dingin (bulan Januari), iklimnya membuat air sampai beku, karena kadang kala suhu udara berada dua derajat di bawah nol.Pada musim panas (Juli-Agustus), suhu udara mencapai 40 derajat Celcius.

Meskipun demikian, suhu udara berbeda-beda antara satu daerah dengan lainnya. Bila musim dingin di selatan sejuk, maka ke arah utara bertambah dingin dan biasanya hujan turun.

Sebaliknya kalau musim panas, udaranya panas, tetapi kering. Siang hari seringkali angin bertiup dari utara dengan membawa debu tebal. Tetapi malamnya, udara menjadi sejuk. Di daerah utara, musim panas tidak seberapa panas, bahkan udara bisa berubah menjadi sejuk. Musim panasnya pun tidak begitu lama berlangsung.

Menurut sejarah, Irak yang dahulunya bernama Mesopatamia merupakan negeri yang berperadaban tinggi. Peninggalan budaya bernilai tinggi ditemukan di gua-gua pegunungan daerah utara dan timur laut, serta di udara terbuka di daerah dataran tinggi sebelah timur dan perbukitan Sahara di sebelah barat.

Tulisan pertama berasal dari Irak, demikian pula kitab undang-undang. Bangsa Sumeria, Akkadia, Babylonia dan Assyria, semuanya membangun peradaban mereka di Irak. Taman Firdaus pun bertempat di Irak, yaitu daerah yang disebut Qurna.

 *Kunjungan ke Irak 2014* 
Setelah Saddam Hussein Tumbang, Islam Syi'ah Kembali Berkuasa
Kunjungan Presiden Iran ke Irak
Jika berbicara tentang Irak sekarang, negara yang dijuluki "Negara 1001 Malam" itu selain masih dipengaruhi Amerika Serikat (AS) akibat invasinya ke Irak, juga dikarenakan Islam Syiah kembali berpengaruh setelah tumbangnya Presiden Irak dari Islam Sunni, Saddam Hussein.

Betapa Islam Syiah kembali berkuasa di Irak dapat diikuti dari kunjungan Presiden Iran Hassan Rouhani ke Irak. Lawatan kenegaraan itu pernah berlangsung selama tiga hari untuk membahas isu-isu hubungan kedua negara dan meningkatkan perdagangan kedua negara yang pernah menjadi musuh bebuyutan.

Ini termasuk kunjungan bersejarah yang dilakukan oleh presiden Iran, bahkan mungkin belum pernah dilakukan oleh presiden-presiden sebelumnya. Dan ini termasuk kunjungan yang amat berani dilakukan oleh Presiden Hassan Raouhani ke Irak, karena wilayah Irak ada banyak pangkalan-pangkalan militer Amerika.

Dan Irak termasuk negara yang belum aman, karena terlibat perang dengan gerilyawan Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS), di mana sebetulnya AS sendiri awalnya yang membentuk ISIS. Bahkan waktu itu Mosul sempat jatuh dan dikuasai oleh ISIS.

Hassan Rouhani adalah seorang politikus Iran, Mujtahid Syiah, pengacara, akademisi, diplomat dan Presiden Iran. Ia dipandang sebagai politikus moderat.

Kunjungan saya ke Irak untuk kedua kalinya di bulan September 2014 (pertama di bulan Desember 1992), juga membuktikan hal tersebut. Waktu tahun 2014 tersebut, saya mengunjungi Masjid Al-Kufa, di Kufa, Irak. Ini adalah perjalanan berkesan saya selama di Irak, September 2014, tepatnya hari Sabtu, 20 September 2014. Sebuah masjid yang dibangun Abad VII yang luasnya 11.000 persegi.

Kufa atau Kufah merupakan sebuah kota di Irak. Jaraknya 170 km di selatan Baghdad. Sudah dapat dipastikan memasuki Masjid itu saya sangat kagum. Masjid itu terawat dengan baik, bersih dan berlapiskan cahaya lampu.

Di samping itu, saya bersama beberapa staf Kedutaan Besar RI di Baghdad, diajak berkeliling dan juga diperlihatkan di mana Sayidina Ali r.a, sahabat Nabi Muhammad SAW berkantor di dalam sebuah ruangan selama di sana. Staf kedutaan menyuruh saya melakukan sholat di sebuah tempat yang dianggap dekat makam sahabat Rasulullah tersebut.

Buat saya, persoalan shalat atau berdoa sebagai seorang Sunni tidak ada masalah. Memang ada perbedaan cara shalat antara Sunni dan Si'ah dan sepertinya tidak perlu dibicarakan. Pun ketika ada yang mengatakan bagi seorang Si'ah inilah tempat suci sebagaimana Masjidil Haram di Mekkah tempat suci ummat Islam Sunni. Saya berdoa dan shalat menurut ajaran yang saya anut sebagai seorang Sunni.

Saya shalat karena diminta oleh staf Kedutaan Besar RI di Baghdad.Pun jika ada yang mengatakan, perjalanan saya hampir mirip naik haji seperti di Mekkah, itu pun tidak mempengaruhi saya. InsyaAllah, saya tetap merencanakan naik haji ke Mekkah. Saya menghormati aliran di mana saya berada, tetapi tetap sebagaimana keyakinan saya sebagai seorang Sunni.

Pergi ke makam sahabat Rasulullah (Ali r.a) itu sebagai seorang manusia, pasti sedih. Beliau meninggal dibunuh. Sama halnnya dengan Khalifah sebelumnya, Usman. Saya menitikkan air mata, ketika pemandu bercerita tentang sahabat Nabi itu. Hanya yang menjadi perbedaan  antara Sunni dan Si'ah adalah bahwa sebagai khalifah, pengganti Nabi Muhammad SAW itu   dipilih atau otomatis terpilih.
Di sinilah perbedaan mendasar antara Sunni dan Si'ah dalam hal siapa pengganti Rasulullah SAW. Si'ah berpendapat pengganti Rasulullah adalah Ali r.a, (otomatis) karena belaiulah yang tepat mengganti Rasulullah, bukannya Abu Bakar, Umar dan Usman yang dipilih secara musyawarah (Sunni). Banyak hal-hal lain yang tidak perlu dibicarakan dalam perjalanan ini.

Saya tidak membicarakan perbedaan ini selama di Masjid Kufah. Saya bersyukur sebagai seorang Sunni bisa melihat dengan jelas perbedaan antara Sunni dan Si'ah.

Setelah berkeliling, saya pun kembali ke penginapan. Besok, pada Hari Minggu,21 September 2014 perjalanan akan dilanjutkan ke Karbala di mana anaknya Ali r.a, Hussein secara mengenaskan dibunuh dan kepanya lepas dari badan. Ada yang mengatakan kepalanya ditendang oleh kaki-kaki kuda musuh.

Setelah beristirahat di Kufah, kami melanjutkan perjalanan ke Karbala. Dulunya sebuah padang pasir di mana Hussein, anaknya Ali r.a terbunuh secara mengenaskan. Kalau dibaca secara mendalam, keluarga sahabat Nabi Muhammad SAW yang satu ini sungguh malang. Ali r.a dibunuh. Hassan, anak Ali r.a yang satunya meninggal dunia karena diracun.Hussein, kepalanya dipenggal oleh musuh.

Kami tiba di Karbala, dulunya disebut Padang Karbala, karena di sinilah tempat pertempuran, padang yang luas. Saya masuk ke gedung Karbala itu.Banyak yang berziarah dan berdo"a seraya menangis. Sebagai seorang manusia, air mata saya juga menetes. Saya ikut berdo"a dikerumunan banyak orang di atas makam Hussein yang sudah tentu dipagari. Ini sebuah kehendak Allah SWT.

Kepala Hussein dipenggal ketika bertempur dengan musuh. Bahkan ada yang mengatakan kepala Hussein di arak berkeliling dan ditendang ke sana kemari oleh kaki kuda musuh.Mungkin tidak banyak yang harus saya ceritakan tentang kematian Hussein. Kitab-kitab tentang kematian ini sangat banyak. Bagi Si'ah kematian Hussein selalu diperingati. Saya hanya bisa berkata, ini semua kehendak Allah SWT. Kita tak bisa menentukan bagaimana kita mati dan bagaimana cara kita mati.

Setelah dari Padang Karbala, kami melanjutkan perjalanan pulang. Di perjalanan kami singgah di makam Nabi Ayub a.s. Saya sempat berdoa lagi di sini. Ingat akan cerita Nabi Ayub a.s yang separuh hidupnya dicoba Allah dengan sakit dan tersingkir dari masyarakatnya. Nabi Ayub a.s menggambarkan sosok yang tabah dan redha akan cobaan Allah SWT. Tidak pernah mengeluh bahkan imannya kepada Allah SWT semakin kuat.

Inilah perjalanan saya selama di Irak. Tidak sempat ke tempat lain, karena situasinya darurat. Perjalanan di bulan September 2014. Alhamdulillah saya bisa membandingkan perjalanan ini dengan perjalanan pertama kali saya ke Irak pada Desember 1992. Sekarang kelompok Sy'iah yang berkuasa. Pada masa Saddam Hussein, Sunni yang minoritas berkuasa.

Postingan populer dari blog ini

Sepenggal Perjalanan Hidup

Hari Ini 23 Juli 2024, 79 Tahun Ibu Sasmiyarsi Sasmoyo (Ibu Mimis Aristides Katoppo)

SENGKETA PWI, APA TIDAK MUNGKIN DISELESAIKAN KARENA ADA DUGAAN UNSUR "KORUPSI" ?